Apresiasi serta kecintaan atas beragam kebudayaan Indonesia kini semakin dikenal luas oleh masyarakat internasional. Salah satunya ditunjukkan melalui tampilan permainan seni wayang dan musik gamelan yang dimainkan oleh siswa kelas 4 Sekolah Dasar (SD) dari Woodside Academy, Grays, Britania Raya pada tanggal 22 hingga 24 Mei 2024 di Aula serbaguna sekolah mereka.
Figur wayang yang umumnya menggunakan kulit kerbau atau sapi, kali ini dibuat berbeda oleh siswa. Menggunakan boneka tiruan manusia yang terbuat dari pahatan kayu, ditampilkan secara apik oleh para siswa dengan alur cerita yaitu kisah Alfred Russel Wallace sang naturalis, biolog, sekaligus pencetus teori evolusi berkebangsaan Inggris.
Tak ketinggalan, pertunjukan wayang diawali dengan permainan gamelan, dimainkan secara langsung oleh siswa yang mengalunkan instrumen khas Nusantara dipandu oleh guru gamelan dan wayang Woodside Academy, Sarah Stuckfield yang juga memainkan alat musik kendang.
Turut hadir, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI London, Khairul Munadi, menyampaikan apresiasi kepada Woodside Academy yang telah mengintegrasikan seni wayang dan gamelan ke dalam sistem pembelajaran. “Hari ini, kita menyaksikan sebuah penampilan seni wayang yang mengusung konsep perpaduan tradisional dan modernitas secara bersamaan, dikemas secara indah dan selaras,” ucap Khairul.
Khairul juga menambahkan bahwasanya kesempatan baik ini harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin sebagai ajang untuk memperkenalkan budaya Indonesia lebih luas lagi kepada segala kalangan umur. “Oleh karena itu, dalam penyampaiannya, dibutuhkan pengemasan kreatif agar budaya tersebut dapat dinikmati oleh berbagai kelompok, seperti anak-anak,” imbuhnhya.
Senada dengan itu, Wakil Kepala Sekolah Woodside Academy, Jennifer Ryder menjelaskan bahwa gamelan dan wayang telah menjadi kesenian tradisional yang diikutsertakan dalam kurikulum pengajaran siswa.
“Awalnya kami mendengar musik gamelan dari Royal Opera House. Semua orang kagum, termasuk para siswa sangat menyukainya. Gamelan akhirnya masuk dalam kurikulum pengajaran dan diajarkan oleh Sarah Stuckfield kepada siswa kelas 4. Kemudian, wayang juga diikutsertakan sebagai bagian dari skema pembelajaran ini,” tutur Jennifer.
Jennifer berharap lewat pertunjukkan ini memberi pengalaman belajar baru bagi siswa, khususnya dalam mengasah kreativitas di luar bidang akademik serta menambah pengetahuan tentang keragaman budaya yang ada di dunia, khususnya Indonesia.
“Terutama bagi siswa yang kesulitan dengan Matematika dan bahasa Inggris, pentas gamelan dan wayang ini membantu mereka mengasah kreativitas lain. Siapapun yang tidak bisa bermain musik bisa belajar dan akhirnya bisa menampilkan seni musik tradisional Indonesia ini dengan sangat baik,” urai Jennifer.
Rasa kagum akan budaya Indonesia yang kemudian diadaptasi menjadi sarana pembelajaran baru mencerminkan upaya proaktif Perwakilan Indonesia dalam menjembatani promosi budaya Indonesia dengan kebudayaan lainnya, yang memanfaatkan pemahaman lintas budaya.
Di sela kunjungan, pihak sekolah dan kantor Atdikbud London menyepakati adanya inisiasi Pojok Indonesia/Indonesian Corner di sekolah, yang secara berkelanjutan akan mempromosikan Indonesia, semisal diantaranya pembelajaran bahasa Indonesia, seni tari, dan angklung.
Perwakilan RI lewat Kantor Atdikbud KBRI London akan terus melakukan berbagai aktivitas memperkenalkan budaya Indonesia kepada para siswa di Britania Raya. Hasil dari pentas wayang dan gamelan yang dipentaskan oleh siswa kelas 4 Woodside Academy diharapkan dapat menjadi langkah implementatif untuk mengenalkan keragaman Nusantara kepada anak usia sekolah.
Sebagai informasi, Woodside Academy adalah sebuah sekolah dasar yang mengedepankan pengembangan aspek spiritual, moral, dan budaya pada siswa melalui kurikulum-kurikulum yang dirancang untuk membekali siswa dengan ketrampilan serta pengetahuan yang kaya akan keberagaman budaya